Sebagian orang mungkin berfikiran batangan-batangan pohon bambu hanya bisa dipergunakan sebagai bahan membuat kandang ayam , bangunan rumah atau sejenisnya. Tetapi ternyata bahan bambu bisa disulap menjadi kerajinan yang bernilai seni tinggi selain juga memiliki nilai fungsi tertentu. Selain itu bisnis kerajina bambu ternyata mampu menghidupi banyak keluaarga. Aneka peralatan rumah tangga memang sudah banyak kita jumpai menggunakan bahan dasar bambu ini. Dengan Kerajinan bambu ini ternyata menjanjikan peluang bisnis yang cukup lumayan. Apalagi jika pemasaran kerajinan bambu ini sudah meluas hingga ke supermarket.
Inilah yang dilakukan Suryanto, salah seorang perajin bambu di Wukirsari, Imogiri, Bantul.Produk kerajinan bambu berupa peralatan rumah tangga seperti tambir dan kalo dari Bantul telah menembus sejumlah supermarket besar di Jakarta. Sebagian lainnya dipesan pada tingkat regional, seperti Solo, Purwodadi, Grobogan, dan Kroya.
Kendala dari produksi bisnis kerajinan bambu ini sangat tergantung pada pesanan sehingga pengembangannya pun menjadi sulit. Hal inilah yang perlu difikirkan bagaimana mengembangkan pemasaran kerajinan bambu hingga ke supermarket.
Selain tambir dan kalo sebagai produk andalan, pengrajin biasanya juga memproduksi jenis lainnya, seperti irik, kursi, tempat tisu, cething (tempat nasi), kotak serbaguna, nampan, besek, krakat dimsum, piring bulat, tudung saji, dan besek.
Untuk satu batang bambu dengan panjang sekitar 4 m yang dibeli dengan harga Rp 7.500 dapat diproduksi lebih kurang 30 tambir. Pembuatan 30 tambir tersebut dapat diselesaikan selama 2 hari oleh dua orang pekerja. Jika harga jual satu buah tambir Rp 2.700 dan biaya produksi diperkirakan Rp 1.000 per tambir, pendapatan perajin per tambir sebesar Rp 1.700.
Dengan demikian, dalam waktu satu bulan perajin bambu bisa memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut sebesar Rp 765.000. Bila home industry ini mempekerjakan lebih dari 2 orang tenaga kerja, dapat diperkirakan bahwa usaha ini mampu menghidupi seluruh anggota keluarga.
Sumber:
- http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/23/17281499/Kerajinan.Bambu.Tembus.Supermarket
- Sumber Gambar : http://buletininformasi-garut.blogspot.com/2009/03/kerajinan-bambu.html
kedai kopi, Restoran, warung tenda, angkringan, cafe, dan bisnis rumahan, Konfeksi, makanan cemilan
Sunday, May 23, 2010
Tuesday, May 4, 2010
Peluang Bisnis Pakaian Bayi Yang Tidak Pernah Sepi
Setiap proses kelahiran selalu menjadi momen istimewa bagi orang tua, terutama ibu. Meski, mungkin, si jabang bayi itu bukanlah anak yang pertama, kasih sayang orang tua tidak akan pernah putus. Mereka biasanya telah mempersiapkan aneka kebutuhan untuk menyambut si buah hati. Baik dengan cara membeli satu set perlengkapan maupun cukup menambah kekurangan dari yang sudah ada. Padahal setiap detik, ada puluhan bahkan ratusan bayi lahir di Indonesia. Ini artinya pasar perlengkapan bayi masih terbuka lebar.
Paling tidak itulah sepintas analisa serta observasi pasar yang dilakukan Netty Sulasih Gunawan sebelum ia memasuki bisnis perlengkapan bayi delapan tahun lalu. “Di sisi lain, berdasarkan pengalaman saya sebagai ibu yang pernah memiliki bayi, saya merasakan betapa urgent-nya produk perlengkapan bayi. Jadi, intinya, selama masih ada perempuan dan bayi, pasar perlengkapan bayi tidak akan pernah surut,” ujar Netty.
Namun, mengingat ketatnya persaingan di bisnis ini, ia cenderung memilih strategi mengarahkan pemasaran produknya melalui berbagai jaringan department store (depstore). Karena, depstore dinilainya selain memiliki sistem promosi yang cepat juga mampu merambah semua ke semua segmen masyarakat atau sesuai dengan daya beli masing-masing konsumen. Contohnya, Balitaku yang merupakan brand produk perlengkapan bayi pertama yang diproduksinya dengan menyasar masyarakat menengah ke bawah.
BalitakuSetelah sukses, dua tahun kemudian Netty memproduksi perlengkapan bayi dengan brand Peter Rabbit. Brand ini ditujukan bagi kelas premium. Sekadar informasi, Peter Rabbit merupakan brand perlengkapan bayi dari Inggris, yang lisensinya telah dibeli oleh Netty. Sedangkan untuk masyarakat kelas menengah ke atas, ditawarkan brand Kuma-Kuma yang diluncurkan dua bulan silam.
Semua brand tersebut di atas, dapat dijumpai di lebih dari 100 depstore yang tersebar di seluruh Indonesia. “Saya juga memproduksi brand untuk mass market (ITC dan baby shop, red) yaitu Golden Bear. Brand ini berbeda hanya spesifikasi produknya dengan ketiga brand yang lain dan harganya lebih miring atau dapat ditawar,” ungkap mantan importir education toys ini.
Produk perlengkapan bayi yang dimaksud mencakup tempat tidur, kasur, bantal, guling, selimut, bed cover, sprei, keranjang, gendongan, dan lain-lain plus baju, popok, gurita, dan sebagainya. “Dikenal dengan istilah baby bedding dan semuanya berbahan kain,” jelas sarjana komputerisasi akuntansi dari STMIK Bina Nusantara (sekarang, Universitas Bina Nusantara, red) Jakarta ini. Produk-produk ini diperuntukkan bayi baru lahir hingga berumur dua tahun. “Tapi, untuk tasnya masih dapat digunakan hingga si anak berumur sekitar lima tahun,” imbuhnya.
Sumber:
http://www.majalahpengusaha.com/content/view/1254/35/
Subscribe to:
Posts (Atom)